Mendengar dengan Telinga, Mendengarkan dengan Otak
Gangguan Pendengaran Pendengaran

Mendengar dengan Telinga, Mendengarkan dengan Otak

No ratings yet.

Bayangkan jika Anda memiliki gangguan pendengaran dan sedang berada di suatu resepsi pernikahan kemudian mengobrol dengan para tamu lainnya. Gangguan pendengaran yang Anda miliki akan semakin menyulitkan Anda untuk mendengarkan apa yang diucapkan lawan bicara di tengah keramaian suara musik dan percakapan para tamu lainnya. Namun, mungkin meskipun Anda merasa melewatkan sepatah dua patah kata,  Anda masih dapat memahami konteks percakapan yang sedang terjadi.

Dalam situasi ini, Anda pun mengandalkan berbagai jenis pengetahuan, termasuk isyarat kontekstual dan memori yang relevan untuk memproses informasi yang Anda terima. Pengetahuan ini sangat penting tidak hanya bagi mereka yang mencoba berbicara di ruangan yang bising tetapi juga untuk orang-orang dengan gangguan pendengaran, yang seringnya harus mengandalkan pengetahuan dengan cara ini di hampir setiap percakapan yang mereka lakukan.

Dalam beberapa tahun terakhir, para ilmuwan semakin sadar akan peran integral kognisi yang dimainkan dalam komunikasi. Kesadaran ini telah melahirkan bidang penelitian baru yang disebut ilmu pendengaran kognitif. Bidang ilmu ini bertujuan untuk mencari tahu bagaimana pikiran kita memproses sinyal pendengaran yang dikirim ke otak, faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan kita mendengar, dan bagaimana telinga kita menyesuaikan kondisi di sekitar kita saat mendengarkan.

Temuan dari bidang ini memiliki signifikansi khusus untuk orang dengan gangguan pendengaran dimana telinga bagian dalamnya tidak menangkap informasi yang didengar secara lengkap untuk diproses otak. Efek jangka panjang dari pemrosesan sinyal yang tidak memadai dapat mempengaruhi apa yang tersimpan di otak sehingga menyebabkan siklus negatif dimana tidak adanya pemahaman dan pengetahuan yang diperbarui sehingga mengarahkan pada kurangnya pemahaman terhadap suatu memori atau informasi di masa yang akan datang.

Produsen alat bantu dengar sadar akan fakta bahwa hanya orang-orang dengan kapasitas kerja otak yang tinggi akan mendapat manfaat dari pemrosesan sinyal yang lebih canggih dan pemasangan alat bantu pendengaran harus didasarkan lebih dari persepsi pendengaran orang tersebut.

Pada beberapa orang dengan kapasitas kerja otak yang rendah, pemrosesan sinyal yang terlalu canggih malah akan lebih menghambat daripada membantu pemrosesan sinyal kognitif. Dalam konteks ini, penting bagi para ilmuwan untuk mencari tahu indeks gangguan kognitif dan usaha otak yang dapat diandalkan untuk menemukan alat bantu dengar yang paling tepat dengan kebutuhan pasien. Pengukuran pelebaran pupil dan osilasi otak adalah contoh dari indeks ini. Harapannya, alat bantu dengar kognitif masa depan dapat memanfaatkan teknik seperti itu – misalnya, dengan menggunakan sinyal-sinyal listrik yang terdeteksi di otak untuk benar-benar mengontrol pemrosesan sinyal dan proses amplifikasi yang sedang berlangsung di alat bantu dengar.

Temukan alat bantu dengar terkini dengan kecanggihan teknologi yang sudah Anda nantikan selama ini hanya di Pusat Alat Bantu Dengar No. 1 di kota Anda untuk solusi terbaik Anda.

Please rate this

and share :