Dampak Dari Gangguan Pendengaran Pada Anak
Pendengaran Anak

Dampak Dari Gangguan Pendengaran Pada Anak

No ratings yet.

Pendengaran merupakan kunci dalam mempelajari bahasa lisan dan sangat penting bagi perkembangan kognitif anak-anak. Tanpa penanganan yang tepat, gangguan pendengaran akan menjadi hambatan bagi pendidikan dan integrasi sosial. Gangguan pendengaran yang tidak diatasi sedini mungkin memberikan dampak pada perkembangan belajar anak. Anak-anak yang mengalami gangguan pendengaran dapat memperoleh manfaat besar dari identifikasi dini dan penanganan yang tepat. Tindakan diperlukan untuk memastikan bahwa penyebab gangguan pendengaran dapat dicegah dan dihindari. Setiap orang dengan gangguan pendengaran yang tidak dapat dihindari dapat mencapai potensi maksimalnya melalui rehabilitasi, pendidikan dan pemberdayaan.

Dampak Dari Gangguan Pendengaran yang Tidak Diatasi

Sebenarnya dampak paling nyata dari gangguan pendengaran pada masa kanak-kanak terlihat pada perkembangan bahasa. Hal ini juga berdampak pada kemampuan membaca, harga diri, dan keterampilan sosial. Gangguan pendengaran yang tidak diatasi sering kali dikaitkan dengan prestasi akademis yang rendah, yang dapat menyebabkan berkurangnya kesempatan bekerja di kemudian hari. Kesulitan komunikasi dapat menimbulkan konsekuensi emosional dan psikologis jangka panjang yang dapat menimbulkan perasaan terisolasi, kesepian, dan depresi. Dampaknya terhadap keluarga juga sama besarnya. Orang tua yang memiliki anak tunarungu atau gangguan pendengaran harus menghadapi tantangan khusus. Seperti sering kali memiliki risiko stres yang lebih besar, mengeluarkan biaya yang lebih besar, dan kehilangan lebih banyak hari kerja dibandingkan orang tua lainnya. Stres tersebut dapat semakin diperburuk oleh kesulitan komunikasi dengan anak-anak mereka dan meningkatnya kebutuhan akan dukungan dan sumber daya keuangan. Gangguan pendengaran yang tidak diatasi juga mempengaruhi perkembangan sosial dan ekonomi di komunitas maupun negara.

Tingkat dampak gangguan pendengaran pada anak bergantung pada beberapa faktor, diantaranya:

Usia Permulaan

Anak-anak mengembangkan bahasa pada tahun-tahun awal kehidupannya. Dampak gangguan pendengaran terhadap perkembangan bahasa lisan paling besar terjadi pada mereka yang terlahir dengan gangguan pendengaran atau mengalaminya segera setelah lahir.

Derajat Gangguan Pendengaran

Gangguan pendengaran dapat berkisar dari ringan hingga berat. Semakin besar tingkat keparahannya, semakin besar dampaknya.

Usia Identifikasi dan Penanganan Gangguan Pendengaran

Semakin cepat seorang anak teridentifikasi mengalami gangguan pendengaran dan semakin dini anak menerima dukungan, semakin besar kemungkinan anak tersebut belajar bahasa lisan dan semakin rendah kemungkinan dampak buruk dari gangguan pendengaran tersebut. Committee on Infant Hearing merekomendasikan bahwa semua anak yang mengalami gangguan pendengaran harus menerima penanganan selambat-lambatnya pada usia enam bulan.

Lingkungan

Lingkungan hidup secara keseluruhan, termasuk akses terhadap layanan, secara signifikan mempengaruhi perkembangan anak dengan gangguan pendengaran. Anak-anak yang memiliki akses terhadap teknologi untuk pendengaran, pendidikan khusus dan bahasa isyarat mungkin dapat berpartisipasi di sekolah dan kegiatan sosial dengan basis yang setara dengan teman-teman sebayanya yang memiliki pendengaran normal (tanpa adanya gangguan lainnya).

Kemajuan terkini dalam pemeriksaan pendengaran bayi baru lahir, teknologi pendengaran (seperti alat bantu dengar digital dan implan koklea) dan terapi yang mengajarkan anak untuk mengembangkan bahasa lisan melalui pendengaran telah banyak mengubah situasi anak-anak dengan gangguan pendengaran. Identifikasi dan penanganan dini dapat secara signifikan mengurangi biaya yang terkait dengan gangguan pendengaran, dan dapat meningkatkan kapasitas penghasilan di kemudian hari/masa dewasa. Namun, masih ada jutaan anak yang menghadapi dampak negatif gangguan pendengaran yang tidak diatasi dalam segala aspek kehidupannya.

Gangguan Pendengaran Pada Masa Kanak-kanak Dapat Dicegah

WHO (World Health Organization) memperkirakan sekitar 60% gangguan pendengaran disebabkan oleh penyebab yang dapat dicegah, seperti:

  • Lebih dari 30% gangguan pendengaran pada masa kanak-kanak disebabkan oleh infeksi, seperti rubella, sitomegalovirus, gondong, meningitis, campak, dan infeksi telinga kronis. Meningitis dan rubella menyebabkan lebih dari 19% gangguan pendengaran pada masa kanak-kanak. Sebagian besar infeksi ini dapat dicegah dengan imunisasi dan kebersihan yang baik. Infeksi telinga dan glue ear dapat dicegah melalui kebersihan dan perawatan telinga yang baik, dan dapat diobati dengan penanganan secara medis dan bedah/operasi.
  • Komplikasi saat lahir seperti kekurangan oksigen, berat badan lahir rendah, prematuritas, dan penyakit kuning, menyebabkan 17% gangguan pendengaran pada masa kanak-kanak. Komplikasi tersebut dapat dicegah melalui peningkatan praktik kesehatan ibu dan anak.
  • Penggunaan obat-obatan ototoksik pada wanita hamil menyebabkan dampak 4% gangguan pendengaran pada masa kanak-kanak, yang sebenarnya bisa dihindari.

Proporsi gangguan pendengaran akibat penyebab yang dapat dicegah jauh lebih tinggi di negara-negara berpendapatan menengah dan rendah (75%) dibandingkan di daerah berpendapatan tinggi (49%). Perbedaan ini mungkin disebabkan oleh tingginya angka infeksi di negara-negara berpendapatan menengah dan rendah, serta layanan kesehatan ibu dan anak yang lebih baik di negara-negara berpendapatan tinggi.

Identifikasi Dini Sangat Membantu

Identifikasi dini gangguan pendengaran perlu diikuti dengan penanganan yang tepat, untuk meminimalkan keterlambatan perkembangan dan meningkatkan komunikasi, pendidikan dan pembangunan sosial. Pilihan penanganan gangguan pendengaran tergantung pada derajat dan penyebab gangguan pendengaran. Sementara, Acute Otitis Media (AOM) seringkali dapat diobati dan disembuhkan melalui tindakan medis atau bedah/operasi. Gangguan pendengaran akibat penyebab lain tidak dapat disembuhkan. Namun, dampaknya dapat dikurangi melalui penggunaan berbagai pendekatan dengan tepat waktu seperti:

  • Alat bantu pendengaran seperti alat bantu dengar dan implan koklea atau implan telinga tengah;
  • Teknologi alat bantu pendengaran, seperti sistem FM (Frequency Modulation) dan loop system;
  • Terapi untuk mengembangkan bahasa lisan seperti terapi auditori-verbal, bahasa isyarat dan terapi auditori-oral;
  • Pengembangan komunikasi nonverbal, seperti bahasa isyarat.

Program pemeriksaan pendengaran pada bayi dan anak-anak sangat penting untuk mengidentifikasi gangguan pendengaran sejak usia sangat muda. Gangguan pendengaran bawaan dapat dideteksi pada beberapa hari pertama setelah kelahiran. Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang terlahir tuli atau yang kehilangan pendengarannya sejak dini dan kemudian menerima penanganan yang tepat sebelum usia 6 bulan, dapat mencapai perkembangan setara dengan teman sebayanya yang memiliki pendengaran normal pada usia lima tahun (tanpa adanya gangguan lain).

Anak yang tidak terdeteksi mengalami gangguan pendengaran saat bayi dan anak-anak, masih memungkinkan mengalami gangguan pendengaran di usia lanjut. Pemeriksaan pendengaran rutin di prasekolah dan sekolah dapat mengidentifikasi gangguan pendengaran segera setelah timbulnya gangguan pendengaran. Dengan begitu dampak buruk dari gangguan pendengaran dapat diminimalkan.

Jadi sebelum dampak gangguan pendengaran menghambat perkembangan belajar anak, segera lakukan pemeriksaan pendengaran secara berkala minimal setiap enam bulan di pusat alat bantu dengar terdekat.

Sumber:
https://www.who.int/docs/default-source/imported2/childhood-hearing-loss–strategies-for-prevention-and-care.pdf?sfvrsn= cbbbb3cc_0#:~:text=Tidak diobati%20pendengaran%20kehilangan%20is%20sering,depresi%20(7%2D10) .

 

Please rate this

and share :

Leave a Reply

Your email address will not be published.