Penyebab Tinnitus Yang Harus Diketahui
Tinnitus

Penyebab Tinnitus Yang Harus Diketahui

No ratings yet.

Tinnitus adalah gejala yang terkait dengan berbagai kondisi kesehatan. Tinnitus bukanlah penyakit, melainkan gejala dari beberapa kondisi kesehatan lainnya. Dalam kebanyakan kasus, tinnitus adalah reaksi sensorineural di otak terhadap kerusakan pada sistem pendengaran. Sementara tinnitus sering dikaitkan dengan gangguan pendengaran, ada sekitar 200 gangguan kesehatan berbeda yang dapat menimbulkan tinnitus sebagai gejala. Di bawah ini adalah daftar dari beberapa penyebab yang paling sering dilaporkan terkait tinnitus.

Catatan: Tinnitus, tidak selalu disebabkan dari salah satu hal-hal di bawah ini. Pasien yang mengalami tinnitus harus mengunjungi dokter atau tenaga kesehatanuntuk pemeriksaan lengkap untuk mendiagnosis penyebab yang mendasari gejala tersebut. Dalam beberapa kasus, mengatasi akar masalah akan mengurangi persepsi tinnitus.

Gangguan Pendengaran

Gangguan pendengaran sensorineural umumnya disertai dengan tinnitus. Beberapa peneliti percaya bahwa tinnitus subyektif tidak dapat muncul tanpa kerusakan sebelumnya pada sistem pendengaran. Gangguan pendengaran dapat disebabkan oleh:

  • Gangguan pendengaran akibat bertambahnya usia (presbikusis) – Pendengaran memburuk seiring bertambahnya usia, biasanya dimulai sekitar usia 60 tahun. Gangguan pendengaran ini cenderung bilateral (di kedua telinga) dan terdapat kerusakan pada suara frekuensi tinggi. Dari penjelasan tersebut menjelaskan mengapa tinnitus begitu umum di kalangan orang lanjut usia.
  • Gangguan pendengaran akibat paparan bising (Noise-induced hearing loss) – Paparan suara keras, baik pengalaman traumatis tunggal atau dari waktu ke waktu, dapat merusak sistem pendengaran dan menyebabkan gangguan pendengaran dan terkadang juga tinnitus. Paparan kebisingan dapat terjadi di tempat kerja misalnya mesin yang bising, saat bermain misalnya acara olahraga yang suaranya keras, konser, kegiatan rekreasi lainnya, dan/atau karena kecelakaan. Gangguan pendengaran akibat bising biasanya dapat terjadi pada satu telinga saja dan biasanya menyebabkan pasien kehilangan pendengaran di sekitar frekuensi trauma suara yang memicu.

Penting untuk dicatat bahwa gangguan pendengaran terkadang tidak dapat dirasakan secara langsung oleh pasien, yang mungkin tidak merasakan ketidakmampuan untuk mendengar pada frekuensi yang hilang. Namun bukan berarti kerusakan pendengaran belum terjadi. Seorang Audiolog ataukonsultan pendengaran dapat melakukan tes audiometri untuk secara tepat mengukur tingkat gangguan pendengaran pasien yang sebenarnya.

Proses biologis yang tepat dimana gangguan pendengaran dikaitkan dengan tinnitus masih diselidiki oleh para peneliti. Namun, kita tahu bahwa hilangnya frekuensi suara tertentu menyebabkan perubahan spesifik cara otak memproses suara. Singkatnya, karena otak menerima lebih sedikit rangsangan eksternal di sekitar frekuensi tertentu, ia mulai beradaptasi dan berubah. Tinnitus mungkin merupakan cara otak mengisi frekuensi suara yang hilang yang tidak lagi diterimanya dari sistem pendengaran.

Penyumbatan di Telinga Tengah

Penyumbatan di saluran telinga dapat menyebabkan bertambahnya tekanan di telinga bagian dalam, yang memengaruhi pergerakan gendang telinga. Selain itu, benda yang langsung menyentuh gendang telinga dapat mengiritasi organ tersebut dan dapat menimbulkan gejala tinnitus. Sumbatan yang umum terjadi meliputi:

  • Kotoran telinga yang berlebihan (ceruminosis)
  • Kongesti kepala Rambut/bulu rontok/lepas dari liang telinga
  • Kotoran atau benda asing

Dalam banyak kasus, pembersihan sumbatan akan meringankan gejala tinnitus. Namun, dalam beberapa kasus, penyumbatan mungkin telah menyebabkan kerusakan permanen yang menyebabkan tinnitus kronis.

Trauma Kepala dan Leher

Cedera pada kepala atau leher dapat menyebabkan masalah saraf, aliran darah, dan otot yang mengakibatkan persepsi tinnitus. Pasien yang mengalami trauma kepala dan leher sering mengeluhkan intensitas tinnitus yang lebih tinggi dan beban yang dirasakan, serta variabilitas suara, frekuensi, dan lokasi tinnitus yang lebih besar.

Tinnitus yang berhubungan dengan masalah kepala, leher, atau gigi terkadang disebut sebagai tinnitus somatik. (“Somatik” berasal dari bahasa Yunani somatikos, yang berarti “dari tubuh.”)

Gangguan Sendi Temporomandibular

Contoh lain dari tinnitus somatik adalah yang disebabkan oleh gangguan sendi temporomandibular. Sendi temporomandibular (TMJ) adalah tempat rahang bawah terhubung ke tengkorak, yang terletak di depan telinga. Kerusakan otot, ligamen, atau tulang rawan di TMJ dapat menyebabkan gejala tinnitus. TMJ bersebelahan dengan sistem pendengaran dan berbagi beberapa ligamen dan koneksi saraf dengan struktur di telinga tengah.

Pasien tinnitus dengan gangguan TMJ mungkin mengalami rasa sakit di wajah dan/atau rahang, keterbatasan kemampuan untuk menggerakkan rahang, dan suara letupan yang teratur saat mengunyah atau berbicara. Seorang dokter gigi, ahli bedah kraniofasial, atau ahli kesehatan mulut lainnya dapat mendiagnosis dengan tepat dan seringkali memperbaiki masalah TMJ. Dalam banyak skenario, memperbaiki gangguan TMJ akan meringankan/mengurangi gejala tinnitus.

Tekanan Sinus dan Trauma Barometrik

Hidung tersumbat akibat pilek, flu, atau infeksi sinus yang parah dapat menimbulkan tekanan abnormal di telinga tengah, memengaruhi pendengaran normal dan menyebabkan gejala tinnitus.
Barotrauma akut, yang disebabkan oleh perubahan tekanan udara atau air yang ekstrim atau cepat, juga dapat merusak telinga tengah dan dalam. Sumber potensial barotrauma meliputi:

  • Menyelam / Snorkeling / Scuba Diving
  • Terbang (hanya selama perubahan ketinggian yang ekstrem dan tidak normal; perjalanan udara komersial normal umumnya aman)
  • Ledakan

Cedera Otak Traumatis (Traumatic Brain Injury)

Cedera otak traumatis, disebabkan oleh guncangan yang keras pada otak, dapat merusak area pemrosesan pendengaran di otak dan menimbulkan gejala tinnitus. Cedera otak traumatis adalah salah satu penyebab utama tinnitus pada pekerja militer dan veteran. Hampir 60% kasus tinnitus yang didiagnosis oleh Departemen Veteran AS disebabkan oleh cedera otak traumatisringan hingga berat.

Obat ototoksik

Tinnitus adalah efek samping potensial dari banyak obat resep. Namun, dalam kebanyakan kasus dan sebagian besar obat, tinnitus adalah efek samping akut dan jangka pendek, yang berarti jika pasien berhenti minum obat, gejala tinnitus biasanya mereda. Namun, ada beberapa obat ototoksik yang menyebabkan gejala tinnitus permanen, yaitu:

  • Obat Anti Inflamasi Non-Steroid )
  • Antibiotik tertentu
  • Obat kanker tertentu
  • Obat diuretik
  • Obat yang mengandung kina

Jika Anda khawatir tentang tinnitus sebagai efek samping dari obat Anda, silakan berkonsultasi dengan dokter atau apoteker yang meresepkan Anda. Anda tidak boleh berhenti minum obat tanpa terlebih dahulu berkonsultasi dengan penyedia layanan kesehatan Anda. Risiko menghentikan pengobatan mungkin jauh melebihi manfaat potensial dalam pengurangan suara tinnitus.

Penyakit & Kondisi Medis Lainnya

Tinnitus adalah gejala yang dilaporkan dari kondisi medis berikut:

  • Gangguan Metabolik: Hipotiroidisme, Hipertiroidisme, Anemia
  • Gangguan Autoimun: Penyakit Lyme, Fibromyalgia
  • Gangguan Pembuluh Darah: Tekanan Darah Tinggi, Aterosklerosis
  • Gangguan Psikiatri: Depresi, Kecemasan, Stres
  • Gangguan vestibular: Penyakit Ménière, Sindrom Outlet dada, Otosklerosis
  • Tumor (sangat jarang): Neuroma Akustik, Schwannoma Vestibular, pertumbuhan tumor lainnya

Sekali lagi, seseorang yang mengalami tinnitus tidak boleh berasumsi bahwa dia memiliki salah satu kondisi medis yang tercantum di atas. Hanya dokter THT yang dapat mendiagnosis penyebab tinnitus dengan tepat.

Sumber :

Causes

Please rate this

and share :