Dampak Dari Gangguan Pendengaran Yang Tidak Diatasi
Gangguan Pendengaran

Dampak Dari Gangguan Pendengaran Yang Tidak Diatasi

No ratings yet.

Bagaimana dampak dari gangguan pendengaran yang tidak diatasi memengaruhi Kesehatan dan kesejahteraan secara umum? Orang yang baru didiagnosa mengalami gangguan pendengaran mungkin ragu-ragu dalam mengambil langkah untuk menggunakan alat bantu dengar. Meskipun alat bantu dengar sudah berkembang dalam beberapa tahun terakhir, diperkirakan masih ada 11 juta orang dengan gangguan pendengaran yang tidak diatasi dengan menggunakan alat bantu dengar.

Keputusan Untuk Menggunakan Alat Bantu Dengar Melibatkan Pertimbangan

Studi MarketeTrak9 pada tahun 2014 melaporkan 30,2% penggunaan alat bantu dengar. Sementara survei MarketeTrak10 dari tahun 2018 menunjukkan sedikit peningkatan dalam penggunaan hingga 34,1%. Riset yang sama meneliti berapa lama orang menyadari gangguan pendengaran mereka. Mereka yang telah membeli alat bantu dengar – melakukan penyesuaian fitting setelah rata-rata menggunakan alat bantu dengar 6,7 tahun. Sementara mereka yang tidak menggunakan alat bantu dengar melaporkan menyadari tentang gangguan pendengaran mereka setelah 10,5 tahun dan membiarkan untuk tidak ditangani.

Gangguan Pendengaran yang Tidak Diatasi Dapat Memengaruhi Otak

Seperti yang sudah diketahui bahwa masalah pendengaran adalah dampak dari gangguan pendengaran. Saat otak tidak menerima stimulus suara, bagian otak yang bertanggung jawab memproses informasi pendengaran bisa menjadi kurang efisien dalam melakukan tugasnya. Ketika gangguan pendengaran tidak diatasi, kemampuan seseorang untuk memahami dan memproses informasi yang masuk dari telinga akan berkurang. Bagian otak yang sebelumnya ditugaskan untuk memproses pendengaran dapat berpindah ke tugas baru seperti contoh proses visual/melihat. Area kortikal saling berhubungan; oleh karena itu, cakupan perubahan struktural pada otak mencapai melampaui korteks pendengaran (Ewall, et al., 2021).

Studi yang mempelajari mengenai gangguan pendengaran berat hingga sangat berat menunjukkan perbedaan tidak hanya pada daerah pemrosesan pendengaran di otak. Tetapi juga di area yang diperlukan untuk fungsi eksekutif, pembentukan memori, pemrosesan visual, kognisi, dan pemahaman bahasa (Vanderauwera, et al.,2020). Dengan banyaknya bagian otak yang berpotensi terdampak karena gangguan pendengaran, tidak mengherankan jika banyak kondisi kesehatan yang menyertai gangguan pendengaran.

Kognisi dan Gangguan Pendengaran Saling Terhubung

Gangguan pendengaran dikaitkan dengan penurunan kesehatan mental dan fisik secara umum. Ada korelasi/ hubungan antara kognisi dan gangguan pendengaran. Berarti, mereka yang mengalami gangguan kognitif menunjukkan kemungkinan lebih tinggi untuk mengalami gangguan pendengaran yang perlu penanganan lebih lanjut. Tidak pasti kondisi mana yang memiliki dampak lebih besar. Salah satu teori adalah bahwa kurangnya stimulus pendengaran ke area otak mengakibatkan berkurangnya permintaan kognitif yang menyebabkan penurunan diberbagai fungsi. Teori lain adalah bahwa berkurangnya input pendengaran yang diterima oleh otak memerlukan peningkatan usaha dari area otak lainnya untuk memenuhi tuntutan kebutuhan komunikasi. Akibatnya, ada sedikit energi yang tersedia untuk tugas kognitif lainnya karena upaya meningkatnya mental dan kelelahan karena mencoba berkomunikasi (Cherko, et al., 2016).

Kehilangan Pendengaran Dapat Menyebabkan Kesepian dan Depresi

Berkurangnya kemampuan kognitif berdampak negatif pada aspek kesejahteraan seseorang. Hal itu dapat mengganggu kemampuan mereka untuk mandiri dan bersosialisasi. Kognisi yang berkurang dapat meningkatkan kemungkinan jatuh dan merusak fungsi memori sehingga membuat seseorang kurang mampu merawat diri mereka sendiri. Selain itu, aktivitas sosial dapat dihindari ketika berkomunikasi terlalu sulit dan melelahkan yang kemudian dapat menyebabkan isolasi, kesepian, dan depresi. Gejala dan konsekuensi memiliki efek timbal balik satu sama lain yang menciptakan siklus kesehatan yang buruk terus-menerus.

Namun kabar baiknya, perawatan dengan alat bantu dengar untuk mengkompensasi gangguan pendengaran juga dapat menghasilkan kualitas hidup yang lebih baik. Sebuah penelitian menunjukkan adanya peningkatan di berbagai bidang termasuk kesehatan umum, kesehatan mental, fungsi sosial dan emosional, gejala depresi, dan fungsi kognitif (Cherko, et al., 2016, hlm. 55). Studi yang sama melaporkan bahwa hasil ini terlihat dalam waktu singkat satu bulan perawatan dan masih dapat dilihat setelah satu tahun perawatan (Cherko, et al., 2016).

Namun, hasil ini tidak datang kepada mereka yang menunda dan mengabaikan pendengaran. Usia pada awal mula timbulnya gangguan pendengaran dan lamanya gangguan pendengaran dapat memengaruhi kemampuan otak untuk bereaksi terhadap perawatan (Vanderauwera, et al., 2020). Dan kebiasaan/konsistensi menggunakan alat bantu dengar merupakan faktor penting untuk merasakan manfaat penuh yang dapat dari alat bantu dengar (Cherko, et al., 2016). Melibatkan teman dan keluarga dalam rencana perawatan pendengaran dapat membantu seseorang menerima alat bantu dengar, menjadi lebih mahir dalam menggunakannya, dan lebih cepat beradaptasi dengan alat tersebut.

Pilihan yang Terinformasi Dengan Baik

Gangguan pendengaran terkait usia menempati urutan nomor tiga di antara kondisi medis kronis yang paling umum dialami oleh orang lanjut usia setelah artritis dan hipertensi (Vanderauwera, et al., 2020, hlm. 2). Seseorang harus melihat komplikasi tersembunyi dalam statistik ini karena gangguan pendengaran sering disertai dengan berbagai kondisi kesehatan lainnya. Oleh karena itu, Anda harus tahu tentang kondisi yang mungkin menyebabkan gangguan pendengaran dan membuat pilihan yang tepat dan tidak hanya mengenai kesehatan pendengaran tetapi juga kesejahteraan secara keseluruhan.

Sumber:
https://www.bernafon.com/professionals/blog/2022/untreated-hearing-loss

Please rate this

and share :

Leave a Reply

Your email address will not be published.