Berlatih dengan Strategi Auditory Verbal Therapy (AVT) – Bagian 2
Pendengaran Anak

Berlatih dengan Strategi Auditory Verbal Therapy (AVT) – Bagian 2

5/5 (1)

Keterbatasan dalam mendengar sangat mempengaruhi perkembangan bahasa anak, terutama bagi anak yang mengalami masalah pendengaran sejak lahir atau di masa emas pertumbuhan (0-3 tahun). Anak-anak dengan umumnya akan kesulitan mengembangkan bahasa lisan/kemampuan berbicara bila hanya mengandalkan sisa pendengarannya. Mereka perlu dibantu dengan teknologi pendengaran seperti alat bantu dengar dan diberi stimulasi pendengaran yang memadai. Stimulasi pendengaran untuk anak-anak yang telah konsisten menggunakan alat bantu dengar sangat penting harus diberikan dengan strategi yang tepat agar membawa hasil yang optimal. Salah satu strategi yang dapat mendukung perkembangan bicara dan Bahasa anak adalah Strategi Auditory Verbal Therapy (AVT).

Auditory Verbal Therapy (AVT) adalah metode terapi untuk anak-anak dengan gangguan pendengaran yang menggunakan pendengaran sebagai sarana utama dalam mengembangkan bahasa lisan, dengan orang tua sebagai fasilitator utama. Oleh karena itu strategi Audiotory verbal therapy (AVT) hanya dapat diterapkan pada anak-anak dengan gangguan pendengaran yang sudah menggunakan teknologi pendengaran untuk membantu memanfaatkan sisa pendengarannya. Melalui strategi ini mereka akan belajar mendengar dan kemudian mengembangkan kemampuan bicara dan berbahasa.

Untuk dapat berlatih strategi AVT, diperlukan adanya komitmen dan keterlibatan orang tua dalam mengembangkan bahasa lisan anak melalui mendengar. Orang tua dan pengasuh adalah kunci dari keberhasilan perkembangan anak. Orang tua berperan dalam memfasilitasi lingkungan yang kaya akan bahasa. Oleh karena itu, mereka perlu belajar membangun interaksi yang bermakna dengan anak.

5 Strategi Audiotory verbal therapy (AVT)

Pada artikel sebelumnya, telah dibahas mengenai 3 strategi Audiotory verbal therapy (AVT), yaitu Mendengar Terlebih Dahulu (Listening First), Memberi Waktu Tunggu (Wait), dan Auditory Closure.  Di bagian  kedua ini, kita akan membahas 5 strategi AVT lainnya yang dapat dilakukan orang tua atau pengasuh bersama anak. Kelima strategi tersebut adalah:

  1. Listening Sandwich

Strategi ini dilakukan dengan memberikan informasi melalui pendengaran terlebih dahulu. Apabila anak membutuhkan informasi tambahan, barulah petunjuk visual diberikan untuk menambah pemahaman anak. Setelah itu, kembali sampaikan informasi hanya melalui pendengaran saja.

Kita ambil contoh saat mengajarkan anak mencuci tangan. Dimulai dengan memberikan instruksi melalui pendengaran terlebih dahulu “Ayo kita cuci tangan”. Beri waktu tunggu agar anak mampu merespon instruksi tersebut. Jika anak belum paham ulangi sampai dua atau tiga kali dengan kalimat yang berbeda. “Iya ayo cuci tangan”, beri jeda sebentar ”Yuk, kita cuci tangan”. Setelah beberapa kali pengulangan anak masih belum paham, barulah berikan petunjuk visual seperti menunjuk tangan dan mencontohkan gerakan mencuci tangan. Setelah anak mulai memahami instruksi, maka kembali berikan informasi hanya melalui pendengaran saja “Iya mari kita cuci tangan ya”.

Jadi seperti halnya sandwich yang terdiri dari ’Roti – isian – roti’, strategi ini terdiri dari ’mendengar – petunjuk visual – mendengar’.

  1. Accoustic Highlight

Berlatih dengan Strategi Auditory Verbal Therapy (AVT) – Bagian 2Strategi ini dilakukan dengan menambahkan penekanan pada kata target yang akan kita ajarkan. Target dapat berupa suara, kata, bagian dari kalimat atau struktur bahasa dalam sebuah kalimat.

Strategi ini dapat dilakukan dengan cara memberikan penekanan lebih pada kata target, memperpanjang durasi pelafalan, dan memberikan waktu jeda sebelum kata target.

Contohnya: ”Kamu maauu susu? Oooh kamu maauuu ya?? Mama juga, maauu susu.”

Dengan menambahkan penekanan ini, diharapkan anak dapat mendengar, memahami, dan menirukan kata target, fonem, atau struktur tata bahasa yang ingin diajarkan atau diperbaiki dengan lebih jelas dan tepat.

  1. Sabotase (Sabotage)

Strategi ini dilakukan dengan menciptakan situasi yang tidak biasa, yang berbeda dengan kondisi umum yang dipahami anak. Strategi ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu menciptakan masalah dan membuat kesalahan. Strategi ini dapat menarik perhatian anak dan membangun terciptanya komunikasi.

Contohnya, saat bermain Anda ingin memperlihat mainan hewan. Kemudian Anda mengatakan, “Aku punya bebek” tanpa memperlihatkan mainan terlebih dahulu, namun kemudian yang Anda tunjukkan adalah sapi. Anak biasanya akan merespon dengan menggelengkan kepala atau gestur lainnya,  atau berkata “Tidak!” atau ”Bukan!” bila sudah bisa berkata-kata. Setelah itu, diharapkan anak akan mencoba memperbaiki kesalahan dengan mengambil bebek.

Sebagai orang tua atau pengasuh, kita bisa mengonfirmasi perbaikan mereka dengan mengatakan, “Oh, ini salah ya? Kamu benar, ini bebek.” Teknik ini membantu anak mengoreksi kesalahan dan melatih kemampuan observasi mereka.

  1. Paralel Talk

Paralel talk adalah membahasakan apa yang sedang dilakukan atau dialami oleh anak ketika bermain atau berkegiatan bersama orang tua. Dalam strategi ini orang tua atau pengasuh didorong untuk mampu mendeskripsikan apa yang sedang dilakukan oleh anak.

Contoh ketika anak sedang bermain mobil-mobilan. Orang tua atau pengasuh dapat mengatakan “Kamu sedang bermain mobil-mobilan ya? Wah, mobil kamu jalannya cepat sekali! Brrmmm..brrmmm… Oh ow… mobil kamu terjatuh! Hati-hati ya!”.

  1. Bertanya Apa yang kamu dengar? (Ask ”What did you hear?”)

Strategi ini mendorong orang tua dan pengasuh untuk bertanya “Apa yang kamu dengar?”, ketika anak memberikan respon yang salah. Anak dengan masalah pendengaran seringkali tidak mendengar dengan jelas apa yang kita sampaikan dan akan merespon dengan mengatakan “Apa?” atau “Hah?”, lalu meminta untuk diulang. Orang tua atau pengasuh dapat bertanya kepada anak “Apa yang kamu dengar?”, untuk mengonfirmasi apa yang didengar anak sebelum kita kembali mengulangi informasi tersebut.

Contohnya, dalam mengajarkan mengingat tiga item dalam permainan belanja-belanjaan. Kita dapat menyebutkan tiga item, misalnya “Tolong beli ikan, udang, dan telur ya”. Jika anak tidak mendengar semuanya, mereka akan bertanya “Apa? Apa? Ulngin”. Kita dapat bertanya terlebih dahulu “Coba tadi apa aja yang kamu dengar?”. Tunggu anak memberikan jawaban barulah nanti kita ulangi informasinya.

Penerapan strategi-strategi di atas secara konsisten, akan membantu mengembangkan kemampuan mendengar dan berbahasa anak. Keterlibatan orang tua dan pengasuh sangat mendukung terciptanya lingkungan yang kaya akan bahasa bagi anak. Apabila Anda ingin mengetahui lebih lanjut mengenai strategi-strategi mendengar lainnya dalam Auditory Verbal Therapy (AVT), jangan ragu untuk menghubungi kami atau berkunjung ke cabang ABDI terdekat. Kami dengan senang hati akan membantu dan mendampingi Anda dan Ananda dalam mengembangkan kemampuan mendengar dan berbahasa yang lebih baik.

Sumber :

https://www.clarkeschools.org/uploads/files/professionals/AVStrat-Revised.pdf
http://www.heartolearn.org/communities/webinar_docs/LSL%20Strategies.pdf
https://www.hearspeech.ph/av-strategies-converted.pdf
Chowdhry, J. (2010). Auditory Verbal Therapy. Auditory Verbal Therapy Otorhinolaryngology Clinics: An International Journal, 2(2), 157–160.  https://www.aijoc.com/doi/pdf/10.5005/jp-journals-10003-1030
https://jurnal.ugm.ac.id/v3/InaJBCS/article/view/12244/5528

Please rate this

and share :
connect with us facebook-ABDI facebook-ABDI facebook-ABDI facebook-ABDI

Leave a Reply

Your email address will not be published.