Mendeteksi Gangguan Pendengaran Dengan Garpu Tala
Gangguan Pendengaran Pendengaran

Mendeteksi Gangguan Pendengaran Dengan Garpu Tala

No ratings yet.

Sebelum pengembangan peralatan elektroakustik untuk menghasilkan dan mengukur suara, tes pendengaran yang dapat memberikan jawaban perkiraan yang terbaik adalah dengan menggunakan garpu tala. Garpu tala adalah alat efektif yang dapat digunakan dokter untuk menguji pendengaran pasien lansia pada masa lalu secara kualitatif. Meskipun terkesan sebagai pengujian sederhana, namun metode ini efektif digunakan untuk dapat mendengar nada. Tes semacam itu mengeksploitasi kemampuan suara yang harus dilakukan melalui tulang tengkorak.

Pendengaran adalah fungsi dari kedua komponen mekanis dari tulang pendengaran dan komponen saraf dari koklea. Gangguan pendengaran dapat bersifat konduktif (komplikasi dengan aspek fisik pendengaran), atau sensorineural (masalah dengan komponen pendengaran saraf). Gangguan pendengaran sensorineural dapat menyebabkan hilangnya kemampuan untuk mendengar frekuensi suara tertentu. Sebagai contoh, kebanyakan manusia akan kehilangan kemampuannya untuk mendengar frekuensi tinggi seiring bertambahnya usia (lansia). Gangguan pendengaran konduktif umumnya menyebabkan persepsi menurun dari semua frekuensi suara.

Seorang dokter dapat memanfaatkan fisika sederhana dari garpu tala. Untuk menentukan apakah gangguan pendengaran yang dialami oleh seorang pasien lansia merupakan gangguan pendengaran konduktif atau sensorineural dengan menggunakan tes Weber dan Rinne.

Pendengaran lebih sensitif terhadap konduksi udara, seorang pasien dengan pendengaran normal tetap harus dapat mendengar garpu tala. Jika mereka tidak dapat mendengarnya, ini menggambarkan bahwa konduksi tulang pasien lebih baik daripada konduksi udara mereka. Ini juga menunjukkan bahwa aliran suara ke telinga bagian dalam terhambat. Dan sekali lagi hal ini dapat menjadi petunjuk bahwa pasien memiliki gangguan pendengaran konduktif.

Pemeriksaan Garpu Tala Metode Rinne

Dalam uji Rinne, garpu tala bersuara ditempatkan pada mastoid, dan orang yang diuji diminta untuk mengatakan ketika tidak terdengar lagi. Pemeriksa kemudian mengangkat garpu segera dan memegang garpu ke dekat saluran telinga terbuka. Telinga normal terus mendengarnya selama sekitar 45 detik. Dan hasil “positif” ini terjadi juga dengan gangguan pendengaran sensorineural yang tidak lengkap. Jika hasilnya “negatif” dan garpu terdengar lebih lama oleh konduksi tulang daripada dengan konduksi udara, maka bisa disimpulkan bahwa pasien telah menderita jenis tuli konduktif.

Dalam tes Schwabach, adanya gangguan sensorineural diindikasikan ketika individu yang diuji tidak dapat mendengar suara yang di uji kan selama pemeriksaan. Ketika seharusnya pendengaran normal dapat melakukannya. Namun, individu dengan gangguan pendengaran konduktif dapat mendengar garpu untuk periode waktu yang lebih lama. Daripada pemeriksa karena lesi konduktif tidak termasuk suara masker udara di sekitarnya. Audiometer konduksi tulang akan memberikan hasil yang serupa.

Pemeriksaan Garpu Tala Metode Weber

Untuk tes Weber, garpu hanya diletakkan di dahi orang tersebut, dan pemeriksa bertanya di telinga sebelah mana orang itu mendengarnya. Saat lesi sensorineural hadir di satu telinga, orang akan melokalisasi suara di telinga yang berlawanan. Atau di telinga yang “lebih baik” . Namun jika terdapat cacat konduktif, orang tersebut akan melokalkannya di telinga yang “lebih buruk”. Yaitu, yang dilindungi dari gangguan oleh suara asing. Tes sederhana ini telah menjadi bantuan yang berharga dalam diagnosis otosklerosis selama bertahun-tahun.

Audiometri

Dengan diperkenalkannya audiometer elektrik pada 1930-an, maka mengukur gangguan pendengaran pada lansia menjadi mungkin untuk terutama untuk mengetahui serangkaian nada murni mulai dari frekuensi rendah 125 hertz hingga frekuensi atas 8.000 atau 10.000 hertz. Rentang pemeriksaan akan  mencakup tiga oktaf antara 500 dan 4.000 hertz yang dimana suara pada kisaran tersebut adalah suara paling penting untuk berbicara.

Audiometer terdiri dari osilator atau generator sinyal, amplifier, perangkat yang disebut attenuator, yang mengontrol dan menentukan intensitas nada yang dihasilkan, dan earphone atau pengeras suara. Kisaran intensitas biasanya 100 dB dalam langkah 5 dB. Tingkat “nol dB” mewakili pendengaran normal untuk dewasa muda di bawah kondisi laboratorium yang bebas kebisingan. Didirikan pada tahun 1964 sebagai standar internasional. Dalam audiometri nada murni, masing-masing telinga diuji secara terpisah dimana tiap telinga yang tidak diuji akan ditutup dan dilindungi dari suara. Para lansia yang mengalami gangguan pendengaran akan diuji menggunakan earphone atau duduk di depan pengeras suara di ruang uji yang tenang, yang telah diperintahkan untuk memberikan sinyal tangan setiap kali nada singkat dibunyikan.

Bentuk audiogram untuk individu yang mengalami gangguan pendengaran dapat memberikan informasi penting kepada otolog atau audiologis untuk menentukan sifat dan penyebab gangguan pendengaran.

Jika Gangguan Pendengaran Telah Terjadi

Jika telah ditemukan gangguan pendengaran pada lansia maka ada baiknya untuk segera mencari solusi berupa alat bantu dengar. Baik menggunakan metode garpu tala maupun audiometri. Anda bisa mengunjungi tempat penyedia alat bantu dengar, sekaligus melakukan konsultasi maupun melakukan tes untuk mengatasi gangguan pendengaran dan memperoleh suara kembali seperti dahulu kala.

Sumber : https://www.khanacademy.org/test-prep/mcat/physical-sciences-practice/physical-sciences-practice-tut/e/clinical-applications-of-tuning-forks

Please rate this

and share :